Persaingan otomotif di 2025, Indonesia vs Malaysia

--
OTOMOTIF1.com – Sengitnya persaingan antara Indonesia dengan Malaysia, bukan hanya soal laut Ambalat, tetapi juga merambah sampai pada persaingan pada pasar otomotif di Asia Tenggara semakin sengit, terutama sepanjang paruh pertama tahun 2025.
Apalagi belakangan adanyan isu narasi yang mengatakan bahwa penjualan mobil di Malaysia telah melampaui angka penjualan di Indonesia. Hal ini tentu saja banyak mengundang perharian publik dan pengamat otomotif di tanah air.
Sebab, isu ini jelas sekali menunjukkan adanya pergeseran dalam peta kekuatan industri otomotif di kawasan dalam satu dekade terakhir.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengungkapkan bahwa dinamika ini seharusnya menjadi alarm bagi industri otomotif nasional. Apalagi, Malaysia baru saja berhasil menyalip Thailand, yang selama ini dikenal sebagai raksasa otomotif di ASEAN.
“Tandanya kita harus hati-hati karena dia (Malaysia) sudah mengalahkan Thailand. Thailand memang sedang mulai recovery, tapi kondisinya masih agak berat karena banyak yang melakukan efisiensi,” jelasnya, seperti di kutip Kompas (8/8).
Meskipun demikian, Kukuh mengingatkan agar masyarakat tidak terburu-buru menerima berbagai narasi yang beredar begitu saja.
Data yang di himpun dari ASEAN Automotive Federation (AAF) menunjukkan bahwa Indonesia masih memimpin pasar kendaraan roda empat di ASEAN hingga Mei 2025 dengan total penjualan mencapai 316.981 unit.
Sementara Malaysia berada di posisi kedua, hanya selisih sedikit dengan Indonesia yaitu sebesar 314.019 unit.
Diposisi ketiga ada Thailand yang mencatrat penjualan 252.615 unit pada periode yang sama.
Tapi, jika dilihat dari pada segmen kendaraan, Malaysia unggul dalam penjualan mobil penumpang dengan total 292.430 unit, sementara Indonesia mencatatkan 248.897 unit.
namun demikian, dominasi Indonesia tetap terjaga berkat kontribusi kendaraan komersial yang mencapai 68.084 unit, jauh di atas Malaysia yang hanya berhasil menjual 21.589 unit.
“Narasi-narasi negatif (industri otomotif Malaysia telah kalahkan Indonesia) kita harus telaah lebih dahulu, datanya dari mana. Faktanya, dari data AAF, kita masih di posisi pertama (di ASEAN)," tambah Kukuh.
Atas data yang dikeluarkan AAF tersebut, apa dampak dan tantangannya bagi perkembangan otomotif di tanah air, Kukuh menegaskan bahwa narasi yang menyebut Indonesia telah disalip oleh Malaysia bisa memiliki dampak besar.
Data AAF 2025||
"Klaim semacam ini, di tengah situasi ekonomi global yang tidak stabil, dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap keberlangsungan industri otomotif Indonesia. Seolah-olah kemudian ada masalah yang sangat mendasar di Indonesia. Padahal kan di dunia tengah dihadapkan masalah sama, di mana ekonomi sedang tidak baik-baik saja pasca-tarif Trump," jelasnya.
Tekanan terhadap pasar otomotif Indonesia tidak hanya datang dari kompetisi regional, tetapi juga dari kondisi domestik yang kompleks.